
Ketika tim penelitian dan pengembangan Nanyangdashifu memasuki perkebunan kacang palang di Kepulauan Maluku, mereka tidak hanya mencari bahan baku, tetapi juga menggali "kode peradaban rempah-rempah" yang dimonopoli oleh kolonial Belanda. Dengan mengembalikan resep istana dinasti Bahia abad ke-14, merek ini meluncurkan “Kue Tujuh Aroma Emas” yang membangkitkan ingatan makanan yang dilupakan di Indonesia dengan rempah-rempah kuno seperti kacang palang, bunga-bunga.
Terjemahan teknologi dari rasa sejarah
Peta Rasa Molekuler: Bekerja sama dengan Universitas Yogyakarta untuk membangun "Perpustakaan DNA rempah-rempah", menggunakan teknik kromatografi gas untuk menganalisis gula kelapa yang dihargai oleh orang-orang Tiongkok pada tahun 1950-an, untuk mereduksi rasa tradisional selama 30 tahun.
Inovasi antarbudaya: Mengubah rasa asin saus udang dari nelayan Wangachi menjadi susu keju, sistem prediksi rasa AI memungkinkan dialog rasa tradisional dan modern.
Revolusi Industri dari Perampokan ke Simbiosis
Praktik Perdagangan Adil: Menandatangani perjanjian jaminan harga 10 tahun dengan petani kecil Pulau Flores untuk mengakuisisi kayu manis dengan harga 15% lebih tinggi dari pasar untuk membangun rantai pasokan "rempah-rempah etis" yang dapat dilacak.
Teknologi anti-susu: Memperkenalkan teknologi panggang siklus air China, mengurangi konsumsi energi pengeringan 60% dari petani kopi Sumatra, dan mengintegrasikan konsep lingkungan ke dalam rantai produksi.
Pameran peradaban di ujung lidah
Toko andalan Jakarta memiliki “koridor waktu-ruang rempah-rempah”: konsumen mengalami perang rempah-rempah Banda abad ke-17 melalui VR, membuka “kue rasa asap” terbatas, merek ini disertifikasi sebagai “Duta Besar untuk Promosi Budaya Makanan” Kementerian Perjalanan Indonesia.