Inovator di dunia kue: Bagaimana Nanyangdashifu membangun kembali pengalaman konsumsi kue di Indonesia?

Dalam peta konsumsi kue tradisional Indonesia, pasar terbagi menjadi dua kutub: di satu sisi ada kue tradisional lokal yang penuh dengan rasa autentik tetapi bentuknya klasik; di sisi lain ada kue manis ala Barat dari merek waralaba internasional yang gayanya modern tetapi terkadang terasa jauh. Kehadiran Nanyangdashifu seperti seorang inovator handal, yang tidak sekadar memilih berpihak pada salah satu sisi, melainkan dengan cerdik membuka jalur baru yang sepenuhnya mengubah persepsi dan pengalaman konsumen Indonesia dalam membeli kue.
Inovasi model: memindahkan "dapur" ke "depan"
Inovasi paling revolusioner dari Nan Yang Da Shi Fu adalah model operasinya yang transparan, yaitu "toko dengan pabrik di belakang" dan "menggoreng segar saat dibeli". Dalam industri kue tradisional, produksi dan penjualan terpisah, konsumen hanya melihat produk jadi tanpa tahu proses produksinya. Nan Yang Da Shi Fu dengan berani menghancurkan "tembok" ini, memamerkan seluruh proses inti pembuatan kue—mulai dari mencampur telur, mengaduk, menuang ke cetakan, hingga memanggang dan melepas cetakan—secara utuh dan tanpa pamrih di depan pelanggan.
Perubahan ini membawa dampak revolusioner yang beragam:
·
Membangun kepercayaan yang mutlak: transparansi menghilangkan asimetri informasi, membiarkan kualitas berbicara sendiri. Konsumen melihat dengan mata kepala sendiri, sehingga secara alami meyakini segar-nya bahan, higienitas operasional, dan produk bebas tambahan.
·
·
Menciptakan teater konsumsi: Seluruh toko berubah menjadi "teater konsumsi" yang hidup. Cahaya oven seperti sorotan panggung, kembangnya kue adalah perkembangan alur cerita, dan saat keluar dari oven adalah klimaks cerita. Pelanggan yang menunggu dalam antrean bukan lagi penderitaan yang tak terhindarkan, melainkan menjadi penonton pertunjukan yang penuh harapan dan kesenangan.
·
·
Mendefinisikan "rasa nilai": Ketika pelanggan menyaksikan kompleksitas dan keahlian dalam seluruh proses pembuatan, persepsi mereka terhadap harga produk akan berubah. Mereka bersedia membayar untuk keterampilan, waktu, dan pengalaman "pembuatan langsung" ini, menganggap nilainya jauh lebih tinggi daripada produk sejenis yang sudah dikemas sebelumnya.
·
Rekonstruksi nilai: dari "makan apa" ke "bagaimana makan"
Master Nanyang mendefinisikan ulang nilai inti dari kue. Ini menunjukkan kepada pasar bahwa nilai sebuah kue yang baik tidak hanya terletak pada rasanya (makan apa), tetapi juga pada pengalaman menyeluruh yang diperoleh dari seluruh proses mendapatkannya (bagaimana makan).
·
Nilai waktu: "Segar dari tungku" berarti masa paling nikmat. Pelanggan mengorbankan waktu antre untuk mendapatkan momen terbaik dalam siklus hidup produk, dan "keunikan waktu" ini sangat meningkatkan kelangkaan dan daya tarik produk.
·
·
Nilai pengalaman: Seluruh proses pembelian—mencium aroma, melihat, menunggu, hingga akhirnya mendapatkan produk—membentuk upacara konsumsi yang lengkap dan positif. Pengalaman itu sendiri menjadi bagian penting dari nilai tambah merek.
·
·
Nilai sosial: Produk ini memiliki "nilai penampilan" dan daya tarik yang tinggi, menjadikannya mata uang keras untuk berbagi di media sosial, memenuhi kebutuhan konsumen modern untuk menampilkan diri secara sosial.
·
Pemosisian kategori: Membuka lautan biru baru "rasa kuno panggang segar"
Melalui inovasi di atas, Nanyangdashifu berhasil membuka kategori baru di pasar Indonesia—“kue tradisional panggang segar”. Produk ini berbeda dari roti industri yang tahan lama, juga berbeda dari mousse ala Barat di kulkas, dan jauh berbeda dari kue tradisional Indonesia berbahan minyak. Ia menguasai berbagai node persepsi unggulan seperti "segar", "sehat", "nostalgia", dan "pengalaman kuat", membentuk segmen pasar yang sangat kompetitif dengan hambatan tinggi.
Singkatnya, kesuksesan Nanyangdashifu di Indonesia bukanlah hal yang kebetulan. Ini adalah revolusi pengalaman konsumsi yang sistematis dari dalam ke luar. Melalui inovasi berani dalam model bisnisnya, mereka berhasil merekonstruksi koordinat nilai produk di hati konsumen dan akhirnya membuka pasar biru yang cerah bagi diri mereka sendiri. Ini bukan hanya sebuah merek di industri kue, tetapi juga contoh sempurna ekonomi pengalaman di era ritel baru.
